Chairul Tanjung Si Anak Singkong
Thahja Gunawan Diredja
Penerbit Buku Kompas, Juni 2012
xvi + 384 hlm ; 15 cm x 23 cm
ISBN : 978 - 979 - 709 - 650 - 2
Cetakan ketiga, Juli 2012
Ajaran Kesederhanaan dan Berbagi kepada Sesama untuk Menggapai Kesuksesan dari Raja Midas Indonesia
Tidak
banyak buku autobiografi yang terbit dalam bentuk seperti buku harian seseorang
yang memuat perjalanan hidup dari merintis usaha dari bawah sampai sukses di
umur yang bisa dibilang parobaya. Bahasa yang digunakan pun sangat mengalir dan
tanpa meloncat-loncat khas seperti sebuah buku harian. Bagi yang ingin menjadi
wirausahawan sukses buku ini patut anda baca dan sangat direkomendasikan. Saat
pertama kali buku ini terbit saya sempat mengacuhkannya, karena saya juga belum
tahu siapa sebenarnya Chairul Tanjung. Bahkan sebutan Si Anak
Singkong pun juga saya belum mengerti. Apalagi sosok Chairul Tanjung
sangat jarang terdengar di telinga kebanyakan orang dalam kiprah di
pemerintahan persis seperti dalam isi buku tersebut yang menyebut bahwa Chairul
Tanjung juga belum menjadi apa-apa tiba-tiba menjadi sosok yang terkenal
dan kehadirannya berubah menjadi diperhitungkan ( gagasan visi Indonesia
2030 ). Bisa dibilang saya sangat terlambat memahami sosok ajaib ini, bila
dibandingkan dengan sosok yang lain katakanlah sosok yang lagi naik daun saat
ini siapa lagi kalau bukan Dahlan Iskan. Saya mengenal Dahlan Iskan
lebih karena tulisan-tulisannya yang serius tapi penuh humor
dan sudah begitu banyak buku yang terbit berkat tulisannya yang berbobot,
tapi Chairul Tanjung tulisannya tidak pernah saya temukan di media
mana pun apalagi di media sosial.
Mungkin
pembaca sempat heran saat membaca bahwa latar belakang pendidikan Chairul
Tanjung adalah dokter gigi dan bukan pendidikan ekonomi. Ternyata sejak
kecil Si Anak Singkong ini sudah dibekali oleh neneknya berupa
jiwa entrepeneur dan sikap disiplin yang ketat. Tidak hanya dari
keluarga saja Chairul Tanjung mendapatkan pendidikan yang keras, tetapi
ini juga saat dimana keputusan ayah Chairul Tanjung yang memasukkannya
ke sekolah Katolik elit dari SD sampai SMP yang bernama Van Lith.
Keputusaan ayah Chairul Tanjung sama persis dengan apa yang dilakukan
oleh mantan Wakil Presiden Moh. Hatta yang memasukkan anak-anaknya di
sekolah Katolik pada waktu itu. Sungguh keputusan yang aneh bila
dilakukan di zaman sekarang. Orang Islam kok masuk sekolah Katolik.
Saat menjadi siswa ini bakat tawar-menawar atau yang lebih dikenal bertransaksi
dalam istilah ekonomi sudah terlihat ( hal : 107 ). Tidak hanya jago
tawar-menawar, Chairul Tanjung muda pun juga jago melakukan kegiatan
teater yang berguna bila ingin mendapat kendaraan gratis ke sekolah pulang
pergi. Pernah suatu saat Anak Singkong ini hampir diringkus Laksus
kalau di jaman sekarang mungkin Polisi Satpol Pamong Praja karena
melakukan ngamen di jalan-jalan protokol Jakarta. Sungguh kenakalan khas
remaja waktu itu yang sulit terbayang juga pernah dialami oleh pengusaha sukses
sekelas Chairul Tanjung seolah-olah sulit dipercaya oleh akal sehat.
Jiwa
solidaritas, sosial, kepemimpinan dan idealisme
diturunkan dari sang ayah, AG Tanjung yang merupakan ketua ranting Partai
Nasionalis Indonesia cabang Sawah Besar ( hal : 65 ). Pernah saat menjadi
ketua mahasiswa FKG-UI, Chairul Tanjung muda menolak peran
militer masuk Universitas Indonesia dan hasilnya sia-sia karena akhirnya
militer berhasil mendudukkan jenderalnya sebagai rektor UI. Tidak hanya
melakukan demo saja, Chairul Tanjung juga aktif melakukan berbagai
kegiatan aktif baik di dalam kampus maupun di luar kampus. Malam menggalang
dana untuk penderita thalesemia juga sukses dilakukan dengan dihadiri
oleh empat menteri yang merupakan sebuah prestasi luar biasa pada waktu itu
karena dilakukan saat Chairul Tanjung masih berstatus mahasiswa. Sikap
sosial ini masih dipertahankan juga sampai sekarang oleh Chairul Tanjung
dengan mendirikan Rumah Anak Madani di Medan bagi anak-anak
korban Tsunami Aceh 2004 di bawah naungan CT Foundation.
Dalam menjalankan usaha bisnisnya Chairul
Tanjung pun pernah mengalami kerugian saat pertama kali merintis bisnis
sama seperti kebanyakan para entrepreuneur pemula. Tidak hanya merugi Chairul
Tanjung pun juga pernah dikhianati oleh teman sendiri, walaupun Chairul
Tanjung sudah sukses mempunyai bisnis yang sudah menggurita. Dan yang
paling menarik dari isi buku ini adalah ternyata sosok Chairul Tanjung
tidak pernah menggunakan kekuasaannya untuk kemajuan roda bisnisnya, walaupun
beliau menjabat sebagai ketua Komite Ekonomi Nasional ( KEN ).
Yang
ingin disampaikan dalam buku ini adalah bagaimana seharusnya menjadi pemimpin
dengan leadership yang kuat bisa membangun sebuah perusahaan yang bersih dan
mempunyai keuntungan yang besar. Karena mendapatkan keuntungan itu bukan
tujuan, melainkan sarana agar perusahaan bisa menjalankan cita-citanya. Tidak
hanya masalah bisnis, tetapi sikap pluralisme juga ditunjukkan
dengan bagus oleh Chairul Tanjung disamping tanpa meninggalkan sikap nasionalisme
yang kuat. Sungguh sebuah buku yang bermutu, walaupun juga berisi nostalgia Chairul
Tanjung saat masih muda dulu. Kerja keras, Ikhlas dan Jujur, itulah
yang dicoba ditularkan oleh Chairul Tanjung kepada pembaca.
2 comments
Write commentsHey!

ReplyAku juga peminat sepak bola sama dengan Anda. Apakah Anda punya koleksi video/gambar sepak bola? Aku bersama teman2 membuat situs untuk kumpulkan dan bagikan berkas ( www.kumpulbagi.com ). Di situs ini Anda bisa membuat koleksi file dan membagikan dengan mudah semuanya tanpa upaya dengan registrasi dan pemberantasan ukuran dan waktu terhapus. Tidak ada pengguna premium. Semuanya gratis... kumpulbagi.com bagus untuk backup juga
Cek koleksi saya dan coba caranya http://kumpulbagi.com/CC-Musik
Greetz!
sebuah kisah yg inspiratif sekali ..
ReplyEmoticonEmoticon