Semenjak
revolusi melati atau yang dikenal sebagai Arab Springs muncul pertama kali di
negara Tunisia yang menggulingkan pemerintahan Presiden Ben Ali yang tiran dan
otoriter serta korup, maka tidak dibutuhkan waktu yang lama bagi negara-negara
disekitar Timur Tengah untuk mengikuti jejak Tunisia dalam keberhasilannya
menggulingkan pemerintahan yang tiran, otoriter maupun korup. Gelombang Arab
Springs pun tidak dapat dibendung, dan kita semua sudah mengetahuinya bahwa
negara-negara sebagian Timur Tengah adalah kebanyakan pemerintahannya yang
bersifat otoriter dan korup disamping itu juga pemimpinnya juga sudah lama
memegang tampuk kekuasaan. Mesir, Libya, Tunisia, Yaman adalah korban dari
adanya gelombang Arab Springs yang bisa mengubah peta politik Timur Tengah di
masa depan. Sebagian pengamat politik menyebut bahwa Arab Springs atau revolusi
melati adalah efek domino dari apa yang disebut sebagai bocornya dokumen
rahasia milik pemerintah Amerika Serikat yang diunggah di internet oleh
Wikileaks.
Tetapi tidak hanya masalah Wikileaks saja, tetapi juga apa yang diprediksi sebagian besar pengamat politik jauh sebelum Wikileaks membocorkan dokumen rahasianya yaitu, tepat sesaat setelah peristiwa 11 September 2001. Dimana kejadian tersebut teroris berhasil merobohkan simbol kapitalisme dunia yang selama ini dipimpin oleh Amerika Serikat, World Trade Center. Banyak yang menyangsikan bahwa peristiwa 11 September ini hanyalah akal-akalan pemerintah Amerika Serikat sendiri yang ingin menguasai minyak yang tersebar di negara-negara Arab dengan menyerang Afghanistan sebagai pintu gerbang permulaan untuk menyerang target berikutnya. Setelah Afghanistan berhasil dikuasai maka negara berikutnya adalah Irak sebagai negara kaya penghasil minyak nomor 2 dunia juga berhasil dikuasai, walaupun Iran belum berhasil ditumbangkan. Bahkan sekarang Amerika Serikat dan sekutunya sedang berencana ingin menumbangkan pemerintahan Assad di Syria yang sedang terjadi pergolakan perang saudara selama lebih kurang 2 tahun belum menunjukkan tanda-tanda perang saudara belum berakhir. Kalangan pengamat internasional pun menilai bahwa Amerika Serikat telah melakukan terorisme terencana. Dan apabila Amerika Serikat dan sekutunya berhasil menumbangkan pemerintahan Assad, maka mau tidak mau Israel akan mendominasi seluruh kawasan Timur Tengah.
Tetapi tidak hanya masalah Wikileaks saja, tetapi juga apa yang diprediksi sebagian besar pengamat politik jauh sebelum Wikileaks membocorkan dokumen rahasianya yaitu, tepat sesaat setelah peristiwa 11 September 2001. Dimana kejadian tersebut teroris berhasil merobohkan simbol kapitalisme dunia yang selama ini dipimpin oleh Amerika Serikat, World Trade Center. Banyak yang menyangsikan bahwa peristiwa 11 September ini hanyalah akal-akalan pemerintah Amerika Serikat sendiri yang ingin menguasai minyak yang tersebar di negara-negara Arab dengan menyerang Afghanistan sebagai pintu gerbang permulaan untuk menyerang target berikutnya. Setelah Afghanistan berhasil dikuasai maka negara berikutnya adalah Irak sebagai negara kaya penghasil minyak nomor 2 dunia juga berhasil dikuasai, walaupun Iran belum berhasil ditumbangkan. Bahkan sekarang Amerika Serikat dan sekutunya sedang berencana ingin menumbangkan pemerintahan Assad di Syria yang sedang terjadi pergolakan perang saudara selama lebih kurang 2 tahun belum menunjukkan tanda-tanda perang saudara belum berakhir. Kalangan pengamat internasional pun menilai bahwa Amerika Serikat telah melakukan terorisme terencana. Dan apabila Amerika Serikat dan sekutunya berhasil menumbangkan pemerintahan Assad, maka mau tidak mau Israel akan mendominasi seluruh kawasan Timur Tengah.
Lalu siapa yang disebut teroris ?
lalu apa pula definisi dari terorisme itu sendiri ? benarkah Islam adalah
dalang dari semua kegiatan terorisme selama ini ? Menurut definisi yang netral
dari Prof. Edward Herman, yakni penggunaan tindakan kekerasan sedemikian rupa
sehingga menimbulkan ketakutan yang luar biasa dan menyebabkan jatuhnya korban
jiwa serta kerugian harta benda, baik publik maupun penduduk sipil, dalam
rangka mencapai tujuan-tujuan politik ( hal : 46 ). Dari definisi diatas maka
jelaslah bahwa terorisme dapat berasal dari pemerintah itu sendiri yang disebut
sebagai state terorism. Bentuk state terorism ini dapat kita jumpai saat
terjadinya peristiwa Revolusi Perancis, saat Indonesia sedang membersihkan sisa-sisa
pengikut partai komunis, di Cile saat pemerintahan Pinochet, Kamboja dibawah
Kher Merah, Amerika Serikat menyerang Afghanistan, Irak, maupun kegiatan spionase lainnya. Sejarah memang milik penguasa, adagium ini memang tepat sekali
bagaimana terorisme ini selalu dikaitkan dengan ajaran Islam, padahal Islam
sendiri tidak pernah mengajarkan kekerasan apalagi sampai membunuh seseorang.
Buku Islam dan Terorisme ini banyak menyajikan serta mengulas seputar apa itu
terorisme yang sedang marak terjadi di bumi Indonesia. Berbagai aksi peledakan
ada dimana-mana, Bom Bali 1 & 2, peristiwa pemboman hotel JW Marriot dan
Ritz-Carlton adalah sederet peristiwa terorisme yang aktor intektualnya adalah
beragama Islam. Buku yang berisi
kumpulan tulisan dari berbagai pengamat politik, tokoh agama maupun tokoh
politik kenamaan Indonesia layak anda jadikan sebagai referensi kita dalam
menilai dan memandang apa itu terorisme dan bagaimana seharusnya kita bersikap,
karena Islam adalah salah satu korban dari adanya kegiatan terorisme ini. Bagimana tulisan dari ketua PP Muhammadiyah
yang menilai bahwa terorisme adalah wujud dari keputusasaan yang lahir dari
standar ganda Amerika Serikat dalam menangani konflik Israel-Palestina. Tidak
hanya mengulas perkembangan terorisme yang ada selama ini, tetapi juga mengulas
bagaimana di dalam Islam itu pun juga terjadi radikalisme saat Nabi Muhammad
SAW meninggal dunia dengan terpecahnya Islam menjadi beberapa aliran. Di zaman
sekarang isu radikalisme agama sesungguhnya bukanlah dari umat Islam, akan
tetapi merupakan salah satu bentuk dari gerakan Islamo phobia yang
terus-menerus dilancarkan Barat dalam rangka semangat Perang Salib dan
imperialisme modern. Tetapi buku ini juga mengajak para pembaca untuk lebih
memandang isu-isu yang berkembang selama ini hendaknya dilihat secara jernih
dan bijaksana, walaupun masalah terorisme adalah bentuk keputusasaan umat Islam
atas standrad ganda Amerika Serikat dalam menangani Israel-Palestina. Dan perlu
juga diingat bahwa masalah Palestina bukan hanya tanggung jawab umat Islam
Palestina saja, tetapi juga merupakan tanggung jawab seluruh umat Islam yang
ada di seluruh dunia. Serta tidak lupa bahwa semangat mempelajari Islam dengan
sungguh-sungguh tanpa mengurangi semangat mempelajari IPTEK juga harus
ditumbuhkan dan dibangkitkan di kalangan umat Islam guna untuk mengurangi tumbuhnya
semangat Radikalisme Ekstrim.
Perpustakaan Nasional RI : Katalog Dalam Terbitan (KDT)
MAULANI, Z.A. dan kawan-kawan
Islam dan Terorisme, Dari Minyak Hingga Hegemoni Amerika/
Oleh Z.A. Maulani dan kawan-kawan
Yogyakarta : UCY Press, 2003
195 hlm
ISBN 979-97314-0-2
EmoticonEmoticon